Museum Benteng Heritage Tangerang

image

Hari ini kami menjelajah ke daerah Pecinan Tangerang: Benteng Heritage Tangerang. Area ini berlokasi di Pasar Lama Tangerang, sebenarnya kawasan yang sangan familiar bagi saya pribadi. Nenek dan (Alm) Kakek buyut Max kebetulan tinggal di kawasan ini, dan keluarga saya sempat tinggal di situ selama beberapa tahun sewaktu kami masih unyu-unyu. Sekolah Taman Kanak-kanak disitu, Sekolah Dasar juga di kawasan itu. Makanya saya merasa harus kudu wajib mengikuti tur rutin yang dibawakan oleh http://www.havenuwa.com dan untuk menambah seru penjelajahan, kami pun mengajak keluarga-keluarga lain untuk ikut menjelajah bersama-sama. Ada 5 keluarga yang berminat bergabung tetapi 3 dari mereka membatalkan ikut, jadi sisa 2 keluarga saja, yang satu teman di Klub Pijar, yang satu lagi teman SMA saya. Plus keluarga kakak-kakak saya, total 5 keluarga ☺️ Senangnya bisa menambah jejaring baru.

 

Karena kami memulai penjelajahan di siang hari, maka perjalanan diawali dengan makan kuliner khas Tangerang: Laksa di Pusat Laksa Tangerang. Tempat ini merupakan tempat yang sengaja dibuat oleh pemerintah Kota Tangerang sebagai pusat penjualan laksa khas Tangerang. Ada ciri khas tersendiri yang membedakan makanan peranakan ini dengan yang ada di Singapura maupun Malaysia, barangkali dasar bumbunya sama, hanya saja sudah mengadaptasi dengan ciri kuliner lokal. But overall it’s super delicious 👌

Setelah kenyang (makan dan foto-foto) kami lanjut ke Museum Benteng Heritage yang berlokasi di Pasar Lama Tangerang. Bangunan museum ini resmi dibuka untuk umum pada tanggal 11-11-2011 pukul 20.11 (tanggal cantik). Pemiliknya, Bapak Udaya Halim membeli bangunan ini dan merestorasi seluruh bangunan untuk dilestarikan dan menjadikannya tempat wisata heritage, salut untuk beliau. Dengan bantuan Kakak Desy, guide yang sangat friendly, anak-anak sangat menikmati gayanya dalam menceritakan isi museum ini, tentang barang-barang antik yang ada di dalamnya dan cerita di baliknya, tentang awal mulanya area ini dinamakan Benteng, tentang wajah asli area tersebut sebelum jadi seperti sekarang dan lain-lain. Demi keamanan dan kelestarian barang-barang yang ada di dalam museum, pengunjung tidak diperbolehkan mengambil gambar ataupun merekam isi museum.



 Selesai menjelajah Museum Heritage Benteng, kami berjalan menuju Klenteng Boen Tek Bio yang jaraknya sangat dekat dari museum. Tiba-tiba saya teringat, dulu sewaktu kecil hampir setiap sore bersepeda melewati klenteng tersebut. Aaah time flies…

Mengenai klenteng ini tidak banyak informasi yang saya bisa tangkap, karena mulai rusuh sama krucils. Yang pasti dari dulu hingga sekarang klenteng ini terkenal akan keaslian elemen-elemen bangunannya. Dan sebagai klenteng tertua di Tangerang, klenteng ini bisa dibilang sebagai kiblatnya warga Tiong Hoa di Tangerang.


Selepas berfoto beramai-ramai, kami melanjutkan berjalan kaki menuju masjid bersejarah nan unik yang tidak jauh dari klenteng. Masjid Jami Kalipasir ini adalah masjid tempat saya belajar mengaji, pesantren kilat dan juga sholat tarawih semasa kecil dulu. Makam alm. Kakek dan alm. adik bungsu saya pun terletak di pemakaman persis di sebelah masjid ini.

Masjid yang merupakan masjid tertua di Tangerang ini peninggalan jaman Pajajaran. Pembangunannya pun hasil gotong royong warga muslim dengan Tiong Hoa.

Keunikan masjid ini terletak pada desain menara berkubahnya. Jika umumya menara berkubah masjid berbentuk lingkaran, masjid ini memiliki menara dengan empat buah tiang dan kubah bergaya Tiong Hoa lengkap dengan ukiran khas Tiong Hoa, yang mana mengadaptasi bentuk Pagoda Tiongkok pada umumnya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s