Mengikuti satu term sesi Membangun Musikalitas di Rumah bersama Kak Adoy dan Kak Bonita sungguh sangat menginspirasi dan memberikan semangat belajar yang baru. Sesi-sesi ini adalah bagian dari Parents Club di Piwulang Becik, PKBM tempat anak homeschooler saya bernaung. Dan tulisan ini adalah bentuk refleksi saya setelah mengikuti kelas khusus orangtua yang diampu oleh Kak Adoy dan Kak Bonita ini.
Belajar musik sebagai salah satu creative process, membuka pengalaman seseorang akan nilai-nilai penting dalam mencipta, mengekespresikan dan mengapresiasi segala wujud kreativitas manusia.
Musik adalah bagian dari seni, dan seperti halnya art education, music education seringkali dianggap sebagai sesuatu yang di luar jangkauan, baik secara finansial maupun secara mental. Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa belajar musik itu mahal dan rumit, hanya untuk kalangan tertentu saja : kaya dan/atau berbakat. Dan setelah mengikuti kelas ini, saya merasa soul-nya kelas Kak Adoy dan Kak Bonita ini senafas dengan visi dan misi saya memulai Komunitas Art Jam Sessions di Studio Kotak-Katik: to make art education accessible and affordable. Itulah kenapa saya merasakan semangat baru mengisi jiwa raga saya setiap kali selesai mengikuti sesi Membangun Musikalitas ini. Membuat saya merasa normal, bukan orang aneh yang memiliki harapan terlalu tinggi untuk bisa melihat lebih banyak lagi anak-anak yang terpaparkan seni, in this case: music!

Membangun musikalitas di rumah ternyata tidak sesulit yang dibayangkan. Of course consistency is the key for everything to work! Dan selalu ada konsistensi di setiap kelas Kak Adoy ini. Konsistensi untuk selalu memberikan teladan, konsistensi fluidness dan openness akan segala peluang dan kemungkinan-kemungkinan, dan yang terpenting konsistensi untuk mulai berkarya sesederhana apapun karya tersebut. Lagi-lagi saya merasa normal.
Konsistensi membangun musikalitas di rumah meliputi pembiasaan diri dan keluarga untuk membangun percakapan tentang musik di setiap kesempatan, karena menurut Kak Adoy, musik adalah tingkah laku sosial. It’s adjectively described more than objectively/subjectively. Its abstact form indicates that music, like ideas, is floating around us ready to be taken and exploited. Momentum menjadi basic ingredient untuk menciptakan percakapan itu. Se-basic menciptakan harmoni dari empat nada, salah satu exercise yang kami lakukan bersama Kak Adoy. Dari exercise ini kami belajar bahwa elemen nada pada musik merupakan hal yang non-absolut, karena dengan tempo, timbre, tonal, energi dan efek spasial yang berbeda, kita dapat menciptakan jutaan lansekap musik hanya dengan menggunakan empat nada saja. Jadi siapapun bisa membuat musik yang unik dan personal or relate only to her/himself.
Seperti halnya belajar seni yang tidak hanya untuk tujuan menjadi seniman, belajar musik juga tidak hanya untuk tujuan menjadi musisi. Musik adalah pengalaman, I strongly agree! Semakin kita membiasakan pengalaman bermusik, semakin kita mengenali bahasa musik ini. Bahasa yang dapat kita gunakan baik di ruang-ruang private maupun ruang-ruang public, because music is everywhere … Lagi-lagi saya merasa normal.
Pada satu kesempatan Kak Adoy memaparkan bahwa bunyi dan diam sebagai unsur utama pembentuk musik, memiliki warna dan meninggalkan kesan. Mengenali sosok Wassily Kandinsky, saya tidak terkejut lagi dengan pemaparan Kak Adoy ini. Kandinsky adalah salah satu seniman favorit kami pada kurikulum seni kami tahun lalu, seorang musisi sekaligus pelukis abstrak asal Rusia yang terkenal dengan kemampuannya melihat musik dan mendengar lukisan, skill yang berkebalikan dengan orang-orang pada umumnya. Setiap elemen dalam lukisan Kandinsky memiliki nada, dan sebaliknya, setiap elemen dalam musik Kandinsky kaya akan bentuk dan warna. It was almost certain that he speaks music language natively that he responded and exploited music in all of his expressions, and art is all about expression! This makes me feel normal, again!
But expression is getting more expensive nowadays. It’s a privilege not every child can enjoy. Bukan karena alasan ekonomi, tapi karena alasan waktu. Anak-anak sekarang tidak lagi punya cukup waktu untuk menikmati momen, semuanya serba terburu-buru, semuanya serba instant, semuanya serba gadget. Kami merasa beruntung, homeschooling mengajarkan kami untuk lebih menghargai waktu, waktu mandiri maupun waktu bersama-sama keluarga. Kami merasa HARUS memiliki waktu luang,
to stop and see,
to stop and listen,
to stop and feel,
to stop and sense,
to stop and taste,
or to just stop and do nothing …
Dengan begitu kami dapat lebih peka dan siap, to catch the moment (yang sangat cepat sekali berlalu), and only as and when we explore and exploit that moment, comes ideas. This is the most important step of creative process, the most important value for our every learning process.
Jadi, sudah siapkah Anda membangun musikalitas di rumah? Silahkan kunjungi Piwulang Becik untuk informasi kelas Kak Adoy dan Kak Bonita berikutnya ya!
Special thanks to Kak Adoy and Kak Bonita.